Naga Petir
Seorang pemuda berbadan kekar tidak memakai baju berjalan selangkah demi selangkah menuruni gunung. Keringat mengucur deras di seluruh badannya. Tangannya memeluk sebuah batu yang bukan main besarnya. Batu besar itu diangkat dan dibawanya berjalan. Di atas batu itu, duduk seorang berambut dan berjanggut putih panjang, badannya kurus berbalut kain putih, lehernya berkalung tasbih dengan biji besar-besar berwarna hitam. Orang tua yang duduk di atas batu dengan memejamkan matanya, sepintas mirip pertapa yang sedang bersemedi.
“Uggghhh.. Guru.. ini sudah ketiga kalinya aku menuruni gunung.. berapa kali lagi?” tanya pemuda itu kepada orang tua yang dipanggilnya guru.
“Kau harus membawa aku naik ke atas lagi, baru kita beristirahat,” jawab sang guru dengan tenang.
Bicara memang mudah, apalagi sambil duduk di atas.. aku yang di bawah membawa batu ini berat.., pemuda itu membathin di antara perjuangannya.
Tak! Kepala pemuda itu mengangguk tiba-tiba, bagai dipukul seseorang yang tak terlihat dari belakang.
Uhh.. kenapa sih aku punya guru yang bisa membaca isi hatiku, rutuk pemuda itu.
“Memang takdir Yang Kuasa bahwa kau harus.
Selasa, 24 Februari 2015
Kamis, 19 Februari 2015
Menulis sebuah cerita, baik itu cerpen ataupun novel tentunya setiap penulis membunyai caranya sendiri untuk menjadikan hasi karyanya menarik. suatu kepuasan bathin bagi tiap penulis jikalau ceritanya dikatakan "bagus" oleh pembaca. Dengan imajinasi dan kreatifitas yang tinggi seorang penulis dapat mengembangkan sebuah cerita biasa menjadi fenomenal.
berikut saya akan membagikan beberapa cara yang dapat membuat hasil tulisan pembaca menjadi "bagus" tentunya jika dipadu dengan kreatifitas yang tinggi .
Sudut Pandang (point of view) adalah elemen yang tidak bisa ditinggalkan dalam membangun cerita pendek. Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita, dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Sudut pandangan tokoh ini merupakan visi pengarang yang dijelmakan ke dalam pandangan tokoh-tokoh bercerita. Jadi sudut pandangan ini sangat erat dengan teknik bercerita.
Sudut Pandang adalah salah satu unsur fiksi yang menjadi kunci kesuksesan cerita. Sebelum kita menulis cerita, harus memutuskan untuk memilih dan menggunakan sudut pandang tertentu di dalam cerita yang akan kita buat. Kita harus sudah bisa mengambil sikap naratif, antara mengemukakan cerita dengan dikisahkan oleh seorang tokohnya, atau oleh seorang narator yang diluar cerita itu sendiri.
.
Ide ada
Kerangka ada
Alur pas
Ending sudah terbayang, tapi....
belum nulis paragraf pertama
Banyak penulis yang mengalami masalah di atas. Sebagian dari penulis, jika sudah membuat paragraf pertama yang pas, dalam beberapa kasus cukup hanya kalimat pertama, biasanya kaan lancar dalam melanjutkan ceritanya (dan nanti akan kembali macet di pertengahan :p )
Pentingnya paragraf pertama bagi suatu cerita karena merupakan awal, pembuka, ibarat pintu masuk ke dalam "dunia" yang akan diceritakan oleh penulis. Nah!! Berikut saya akan membagi tips untuk membuat paragraf pertama yang hebat
1. Memunculkan Masalah Yang Harus Diselesaikan Oleh Karakter Pembukaan ini favorit para penulis. Pembaca (dan manusia umumnya) tertarik pada masalah – khususnya yang terjadi pada orang lain. Mari kita lihat contohnya pada cerpen The Gift Of The Magi (1906) karya O. Henry. Satu dolar dan delapan puluh tujuh sen. Cuma itu. Bahkan, enam puluh sen dari jumlah itu terdiri dari uang receh bernilai satu sen-an, hasil simpanannya selama ini—yang didapatnya dengan cara.
Anak Takdir
Suara gamelan menambah kemeriahan perayaan panen pagi itu. Desa Alas Batu mengadakan perayaan panen sebagai bentuk rasa syukur atas rahmat Yang Esa karena hasil panen di desa ini melimpah. Berbagai tarian khas juga dipertontonkan. Penduduk desa Alas Batu juga membuat semacam “tumpeng” dari berbagai hasil panen seperti padi, lobak, kacang, terong dan berbagai macam hasil bumi dari kebun dan sawah milik penduduk. Tumpukan hasil bumi ini nantinya di arak keliling desa, diikuti oleh para penari dan penabuh gamelan.
Setelah arak-arakan perayaan panen, pak Suwiryo, kepala desa Alas Batu mengundang seluruh penduduk desa untuk makan bersama di rumahnya. Istri pak Suwiryo telah membuat berbagai macam hidangan. Halaman rumah kepala desa penuh dengan penduduk yang duduk di atas tikar-tikar anyaman daun kelapa, melingkari makanan yang ada di tengah tiap-tiap tikar. Seusai mengucapkan kata sambutan, acara makan bersama pun dimulai.
Rabu, 24 September 2014
PART II
Trier, Jerman Dua belas bulan yang lalu...
Seorang laki-laki di depan tiga buah nisan di dalam halaman sebuah rumah besar mirip kastil dengan empat buah menara tinggi. Laki-laki itu membawa tiga kuntum bunga lili di tangannya. Rumah besar itu milik keluarga Van Hellsing dan yang berdiri di halamannya adalah keturunan terakhir keluarga itu, yang bernama Alexander Van Hellsing II. Alexander menaruh satu kuntum bunga pada masing-masing makam di depannya. Makam yang paling kanan berukir nama : Alexander Van Hellsing, sebuah makam simbolis tanpa jasad. Makam yang di tengah berukir nama Abraham Van Hellsing III yang merupakan adik kembar dari Alexander Van Hellsing. Dan makam paling kiri berukir nama Caroline van Hellsing. Ketiga makam itu adalah milik orang-orang yang sangat berarti dalam kehidupan Alexander. Makam paman sekaligus mentor dan ayah angkatnya serta makam ayah dan ibunya berjejer di depannya. Alexander berlutut di depan tiga nisan keluarganya. Kepalanya menunduk memandang topi lebar yang dipegang di dadanya. Rasa sedih bercampur dengan dendam dan.